Kamis, 06 Juni 2013

Penalaran Induktif



Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut.
a.    Generalisasi
Penalaran Generalisasi dimulai dengan peristiwa-peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan umum. Generalisasi adalah proses penalaran yang mengandalkan pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:    Jika dipanaskan, besi memuai.
                 Jika dipanaskan, tembaga memuai.
                 Jika dipanaskan, emas memuai.
                 Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
Macam-Macam Generalisasi
o  Generalisasi Sempurna
Generalisasi sempurna adalah seluruh fakta yang ada didalam fenomena yang dijadikan sebuah kesimpulan berdasarkan penyelidikan yang terjadi. Contoh: setiap 1 bulan pada tahun masehi tidak ada yang jumlah harinya lebih dari 31 hari.
o  Generalisasi Tidak Sempurna
Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi yang kesimpulannya diambil dari sebagian fakta dari suatu fenomena yang berlaku pada fenomena sejenis yang belum diselidiki. Contoh: kita menyelidiki sebagian masyarakat Indonesia yang ramah, lalu kita membuat sebuah kesimpulan bahwa semua rakyat Indonesia adalah masyarakat yang ramah.
b.   Analogi
Analogi adalah penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh:    Rara adalah lulusan akademi A.
                 Rara dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
                 Rama adalah lulusan akademi A.
                 Oleh sebab itu, Rama dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut.
1)   Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan
2)   Analogi digunakan untuk minyingkapkan kekeliruan.
3)   Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
c.    Hubungan Kausal
Hubungan kausal yaitu penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Contoh:    Hujan menyebabkan tanah becek.
                 Hujan menyebabkan kain jemuran basah.
                 Jadi, karena tanah becek, pasti kain jemuran basah.6
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, ada tiga hubungan antarmasalah, yaitu sebagai berikut.
o  Sebab-Akibat
Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap sebuah akibat yang nyata. Kalau kita melihat sebiji buah mangga jatuh dari batangnya, kita akan memperkirakan beberapa kemungkinan penyebabnya. Mungkin mangga itu ditimpa hujan, mungkin dihempas angin, dan mungkin pula dilempari oleh anak-anak. Pastilah salah satu kemungkinan itu yang menjadi penyebabnya.
Andaikata angin tiba-tiba bertiup (A), dan hujan yang tiba-tiba turun (B), ternyata tidak sebuah mangga pun yang jatuh (E), tentu kita dapat minyimpulkan bahwa jatuhnya buah mangga itu disebabkan oleh lemparan anak-anak (C).
Pola seperti itu dapat kita lihat pada rancangan berikut.
angin          hujan            lemparan          mangga jatuh           
  (A)              (B)                   (C)                       (E)
angin,          hujan                                mangga tidak jatuh
  (A)              (B)                                               (E)
Oleh sebab itu, lemparan    anak menyebabkan    mangga jatuh.
                               (C)                                                    (E)
o  Akibat-Sebab
Akibat-sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi kedokter. Kedokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi, dalam penalaran jenis akibat-sebab ini , peristiwa sebab merupakan kesimpulan.
o  Akibat-Akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain. Contohnya adalah sebagai berikut.
Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah dihalamannya becek. Ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran dibelakang rumahnya pasti basah.
Kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan, yaitu hari hujan. Pola itu dapat dilihat seperti berikut ini.

hujan     menyebabkan tanah becek
(A)                                                   (B)
hujan       menyebabkan kain jemuran basah
  (A)                                 (C)

Dalam proses penalaran, “akibat-akibat”, peristiwa tanah becek (B) merupakan data, dan peristiwa kain jemuran basah (C) merupakan kesimpulan.
Jadi, karena tanah becek, pasti kain jemuran basah.7
                   (B)                                        (C)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar